
Diskriminasi di Jerman Semakin Meningkat
Rekam Digital , Surabaya – Diskriminasi di Jerman semakin meningkat secara signifikan pada tahun 2025. Laporan dari berbagai organisasi hak asasi manusia menunjukkan lonjakan tindakan diskriminatif, terutama terhadap komunitas Muslim, imigran, dan warga kulit hitam.
Kejahatan bermotif rasial seperti penghinaan, kekerasan, hingga penolakan layanan publik, tercatat meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini mengkhawatirkan, mengingat Jerman adalah negara demokratis yang menjunjung tinggi nilai kesetaraan dan hak asasi manusia.
Data Islamofobia dan Kejahatan Rasial Meningkat
Berdasarkan data resmi pemerintah, terdapat lebih dari 1.926 kasus Islamofobia tercatat sepanjang tahun 2023. Jumlah ini naik drastis dari sekitar 800 kasus di tahun sebelumnya. Mayoritas insiden terjadi di kota-kota besar seperti Berlin, Frankfurt, dan Munich.
Peningkatan ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk retorika politik dari partai sayap kanan serta sentimen anti-imigran yang terus berkembang di masyarakat.
Stigma Politik Ekstremis
Pada awal 2025, Badan Perlindungan Konstitusi Jerman (BfV) secara resmi menetapkan partai Alternatif für Deutschland (AfD) sebagai organisasi ekstremis. Laporan setebal 1.100 halaman menyatakan bahwa AfD aktif menyebarkan ideologi rasis dan anti-Muslim.
Klasifikasi ini menjadi alarm bagi publik, karena AfD memiliki pengaruh signifikan dalam wacana politik, terutama di wilayah timur Jerman. Penyebaran propaganda anti-imigran mereka dianggap memperkeruh suasana dan mendorong kekerasan berbasis kebencian.
Diskriminasi Sistemik: Pekerjaan dan Perumahan
Diskriminasi tidak hanya terjadi secara verbal atau fisik, namun juga sistemik. Banyak warga dengan nama asing atau asal migran kesulitan mendapat pekerjaan atau tempat tinggal, meski memiliki kualifikasi tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa pelamar kerja dengan nama non-Jerman memiliki kemungkinan 50% lebih kecil untuk dipanggil wawancara.
Di sektor properti, pemilik rumah kerap menolak penyewa Muslim dengan alasan tidak jelas. Praktik diskriminatif seperti ini kian memperlebar jurang sosial dan memperkuat segregasi etnis.
Tanggapan Pemerintah dan Masyarakat Sipil
Sebagai tanggapan, pemerintah Jerman berencana membuka pusat pengaduan untuk kasus rasisme anti-Muslim pada musim semi 2025. Pusat ini akan menjadi yang pertama di negara bagian Rhine-Westphalia Utara.
Selain itu, kampanye publik bertema “Jerman untuk Semua” diluncurkan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya keberagaman dan toleransi.
Organisasi masyarakat sipil juga mulai aktif mengedukasi publik dan memberikan dukungan hukum kepada korban diskriminasi. Peran mereka sangat penting dalam menyeimbangkan narasi di ruang publik yang kerap dikuasai oleh kelompok kanan ekstrem.
APLIKASI PENGHASIL UANG TERCEPAT 2025
Baca juga : Pakistan Usir 200 Ribu Warga Afghanistan Sejak April 2025