
Putin Gencatan Senjata 3 Hari Ukraina Minta 30 Hari
Rekam Digital , Surabaya – Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengumumkan gencatan senjata selama tiga hari. Langkah ini diambil untuk menghormati hari besar keagamaan umat Ortodoks yang jatuh minggu ini. Tujuannya adalah memberi waktu bagi warga sipil di wilayah konflik untuk merayakan hari suci dengan aman.
Kremlin menyebut bahwa gencatan senjata akan dimulai pada Jumat pagi dan berakhir pada Minggu malam. Pemerintah Rusia mengatakan ini adalah bentuk “tindakan kemanusiaan” di tengah konflik yang masih terus berlangsung dengan Ukraina.
Namun, tanggapan dari pihak Ukraina berbeda. Pemerintah Ukraina menilai bahwa gencatan senjata selama tiga hari tidak cukup untuk memberikan dampak nyata bagi rakyat yang terdampak perang. Mereka mendesak agar masa gencatan senjata diperpanjang menjadi 30 hari.
Ukraina Ingin Gencatan Senjata yang Lebih Lama
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, melalui juru bicaranya menyampaikan bahwa Rusia perlu menunjukkan keseriusan dalam mewujudkan perdamaian. Ukraina menganggap bahwa jeda tiga hari terlalu singkat dan tidak akan banyak membantu warga sipil yang terjebak di zona perang.
“Kami menginginkan gencatan senjata selama 30 hari. Itu akan memberi cukup waktu untuk mengevakuasi warga sipil, mengirim bantuan kemanusiaan, dan membuka ruang untuk dialog lebih lanjut,” kata seorang juru bicara dari pemerintah Ukraina.
Selain itu, Ukraina juga curiga bahwa Rusia hanya menggunakan gencatan senjata ini sebagai strategi militer. Ada kekhawatiran bahwa Rusia ingin memanfaatkan waktu tersebut untuk menyusun ulang pasukan dan memperkuat logistik di garis depan.
Tanggapan Komunitas Internasional
Pengumuman gencatan senjata ini juga mendapat perhatian dari dunia internasional. PBB, Uni Eropa, dan beberapa negara anggota NATO menyambut baik langkah tersebut, namun tetap berhati-hati.
Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, mengatakan bahwa dia berharap gencatan senjata ini bisa menjadi langkah awal menuju gencatan senjata penuh dan permanen. Ia juga meminta kedua belah pihak untuk menahan diri dan memprioritaskan keselamatan warga sipil.
Namun, negara-negara NATO menyuarakan kekhawatiran. Beberapa pejabat menilai bahwa jeda ini mungkin dimanfaatkan Rusia untuk kepentingan militernya, bukan demi tujuan damai.
Masyarakat Sipil Masih Jadi Korban
Konflik antara Rusia dan Ukraina telah berlangsung selama lebih dari dua tahun. Jutaan warga telah mengungsi, ribuan lainnya kehilangan tempat tinggal, dan banyak korban sipil jatuh akibat serangan tanpa henti di berbagai kota.
Organisasi kemanusiaan berharap bahwa masa gencatan senjata, berapa pun durasinya, bisa dimanfaatkan untuk menjangkau warga yang membutuhkan. Namun, tanpa komitmen jangka panjang dari kedua belah pihak, krisis ini akan sulit diselesaikan.
Harapan Akan Jalan Damai
Gencatan senjata selama tiga hari memang bisa menjadi awal. Tetapi banyak pihak berharap agar langkah ini tidak berhenti di sini. Dunia mendesak agar Rusia dan Ukraina duduk bersama di meja perundingan dan mencari jalan keluar yang adil dan damai.
Jika gencatan senjata bisa diperpanjang, dan jika kedua negara menunjukkan niat baik, maka peluang menuju perdamaian akan terbuka lebih lebar.
APLIKASI PENGHASIL UANG TERCEPAT 2025
Baca juga : Khamenei Ungkap Penyebab ledakan Pelabuhan iran