
Pesawat Boeing Dikembalikan China, CEO Kelly Ortberg Buka Suara
Rekam Digital , Surabaya – China mengembalikan dua pesawat Boeing 737 MAX ke Amerika Serikat. Keputusan ini mengejutkan banyak pihak karena pengembalian terjadi di tengah ketegangan dagang antara kedua negara. CEO Boeing akhirnya memberikan pernyataan resmi soal kejadian ini.
Masalah Tarif Jadi Penyebab Utama
China mengembalikan dua unit pesawat Boeing karena tarif impor dari Amerika Serikat dianggap terlalu tinggi. Pemerintah China menaikkan tarif balasan hingga lebih dari 120% untuk produk Amerika, termasuk pesawat terbang. Akibatnya, maskapai di China memilih menunda atau bahkan membatalkan pembelian.
Tarif yang tinggi membuat pesawat buatan Boeing menjadi terlalu mahal. Padahal, satu unit Boeing 737 MAX harganya bisa mencapai lebih dari Rp 800 miliar. Maskapai di China pun tidak mau menanggung biaya tambahan itu.
Bos Boeing Angkat Bicara
CEO Boeing, Kelly Ortberg, akhirnya buka suara. Ia menyayangkan keputusan tersebut, tapi juga memahami kondisi yang terjadi. “Jika mereka tidak ingin menerima pengiriman, kami akan menghentikan produksinya untuk mereka,” katanya dalam wawancara resmi.
Namun, Ortberg tetap optimis. Ia yakin bahwa pesawat yang dikembalikan bisa dijual ke maskapai lain di luar China. “Masih banyak pasar internasional yang membutuhkan pesawat seperti ini,” ujarnya.
Ancaman untuk Masa Depan Boeing di China
Pengembalian pesawat ini bisa berdampak lebih luas. China adalah salah satu pasar terbesar Boeing. Jika hubungan dagang tidak membaik, Boeing bisa kehilangan ratusan pesanan dari maskapai-maskapai China.
Beberapa analis memperkirakan, lebih dari 130 unit Boeing yang seharusnya dikirim ke China bisa terdampak. Ini tentu menjadi pukulan besar, apalagi Boeing masih berusaha pulih dari krisis yang terjadi beberapa tahun lalu.
Langkah Lanjutan dari Boeing
Meski begitu, Boeing tidak tinggal diam. Mereka akan tetap meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan dari negara lain. Fokus mereka kini adalah menjaga kualitas dan memenuhi permintaan pasar internasional.
Perusahaan juga berharap hubungan dagang antara AS dan China bisa membaik. Dengan begitu, pengiriman pesawat ke China bisa kembali berjalan lancar.
APLIKASI PENGHASIL UANG TERCEPAT 2025
Baca juga : Trump Ancam Pimpin Serangan ke Iran Jika Tak Ada Kesepakatan Baru soal Nuklir