
Negara-Negara Arab Kecam Visi “Israel Raya”
Rekam Digital ,Surabaya, – Negara-negara Arab bereaksi keras terhadap pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang kembali mengusung visi “Israel Raya”. Gagasan ini mengklaim wilayah lebih luas dari batas Israel saat ini, termasuk wilayah Palestina dan sebagian negara tetangga.
Pernyataan Netanyahu dianggap berbahaya. Beberapa negara menyebutnya sebagai bentuk ekspansi kolonial modern. Mereka menilai hal ini bisa merusak stabilitas di Timur Tengah.
Reaksi dari Negara-Negara Arab
-
Mesir menyebut komentar Netanyahu sebagai provokasi serius. Menurut pemerintah Mesir, pernyataan itu melanggar perjanjian damai yang telah dibuat dan dapat merusak hubungan regional.
-
Yordania mengecam pernyataan tersebut. Mereka menilai visi itu mengancam kedaulatan negara mereka dan memicu ketegangan yang tidak perlu.
-
Qatar dan Arab Saudi juga menolak gagasan Israel Raya. Keduanya menyebutnya sebagai pelanggaran hukum internasional dan Piagam PBB.
-
Irak bahkan meminta pertemuan darurat Liga Arab untuk menyikapi sikap Israel yang semakin ekstrem.
Kecaman muncul secara serentak, menunjukkan penolakan kuat dari dunia Arab.
Liga Arab dan OIC Ikut Bersuara
Liga Arab menyatakan bahwa ide “Israel Raya” mengancam perdamaian kawasan. Pernyataan itu bertentangan dengan solusi dua negara yang selama ini didukung oleh banyak pihak.
Organisasi Kerja Sama Islam (OIC) juga mengecam Netanyahu. Mereka menyebut retorikanya sebagai bentuk ekstremisme yang menghambat upaya diplomasi.
Ancaman bagi Stabilitas Kawasan
Menurut para pengamat, pernyataan ini bisa berdampak besar:
-
Menyulitkan proses perdamaian antara Israel dan Palestina.
-
Memburuknya hubungan Israel dengan negara Arab yang sebelumnya menjalin normalisasi.
-
Meningkatnya ketegangan politik dan militer di perbatasan.
Netanyahu disebut sedang berusaha menguatkan basis politik sayap kanan di dalam negeri. Namun, para analis menyebut langkah ini justru memicu reaksi negatif secara internasional.
Visi “Israel Raya” bukan hal baru, tapi kini muncul kembali di tengah situasi yang rapuh. Negara-negara Arab dengan tegas menolak gagasan tersebut. Mereka menyebutnya sebagai ancaman terhadap kedaulatan dan perdamaian jangka panjang.
Dunia kini menanti apakah tekanan dari kawasan dan internasional bisa menghentikan retorika berbahaya ini.
APLIKASI PENGHASIL UANG TERCEPAT 2025
Baca juga : Trump Siapkan Pertemuan Damai Ukraina-Rusia di Alaska