
Israel Umumkan Operasi Rebut Kota Gaza Telah Dimulai
Rekam Digital ,Surabaya, – Pemerintah Israel secara resmi memulai operasi rebut Kota Gaza dengan nama sandi Operation Gideon’s Chariots B. Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, menyetujui serangan besar-besaran ini untuk menguasai wilayah inti terakhir yang dikuasai Hamas di Jalur Gaza.
Sebanyak 60.000 pasukan cadangan telah dikerahkan, dan unit darat mulai masuk ke pinggiran kota. Operasi ini menandai babak baru dalam konflik panjang Israel-Palestina yang semakin kompleks.
Penyerangan Dimulai dari Timur Gaza
Tentara Israel mulai masuk ke kawasan Sabra dan Shuja’iyya, yang dikenal sebagai basis utama Hamas. Menurut laporan media internasional, wilayah ini menjadi target pertama operasi darat setelah serangan udara intensif dalam beberapa pekan terakhir.
Korban mulai bermunculan. Data dari otoritas kesehatan Palestina mencatat lebih dari 80 warga sipil tewas hanya dalam 24 jam pertama.
Evakuasi dan Krisis Kemanusiaan Meningkat
Pasukan Israel telah mengimbau warga sipil untuk mengungsi ke arah selatan. Namun, bantuan kemanusiaan terhambat karena blokade berkepanjangan.
Organisasi internasional memperingatkan bahwa krisis kemanusiaan besar bisa terjadi. Persediaan makanan, air bersih, dan listrik sangat terbatas di dalam Kota Gaza.
Respons Hamas: “Tindakan Provokatif dan Brutal”
Kelompok Hamas mengecam operasi ini sebagai pelanggaran serius terhadap hak sipil dan proses perdamaian. Mereka menyebut serangan ini sebagai bentuk “pendudukan brutal” dan bersumpah akan melawan hingga titik darah penghabisan.
Hamas juga memperingatkan bahwa serangan balasan akan dilakukan di berbagai wilayah, termasuk potensi serangan roket lintas batas.
Dunia Internasional Bereaksi Keras
Sejumlah negara, termasuk Turki, Rusia, dan Iran, mengecam langkah Israel. PBB menyatakan kekhawatirannya terhadap eskalasi konflik dan kemungkinan besar meningkatnya jumlah pengungsi.
Sementara itu, Amerika Serikat dan Uni Eropa menyerukan penahanan diri dari kedua belah pihak dan mendorong dilanjutkannya jalur diplomasi.
Ketegangan Politik di Dalam Negeri Israel
Di sisi lain, dalam negeri Israel juga memanas. Keluarga sandera dan kelompok sipil menggelar demonstrasi menolak operasi ini karena dianggap mengancam nyawa warga Israel yang disandera Hamas.
Ketegangan antara pemerintah sipil dan militer pun meningkat, karena adanya perbedaan pendekatan dalam menyelesaikan konflik.
APLIKASI PENGHASIL UANG TERCEPAT 2025
Baca juga : Pangkalan Militer Rahasia Korea Utara di Dekat China Terbongkar