
Trump Serahkan “Surat Perdamaian” dari Melania ke Putin
Rekam Digital ,Surabaya, – Dalam langkah diplomatik yang mengejutkan, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, secara langsung menyerahkan surat pribadi dari istrinya, Melania Trump, kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin. Surat yang disebut sebagai “surat perdamaian” itu disampaikan dalam pertemuan mereka di Joint Base Elmendorf–Richardson, Alaska.
Melania menulis surat tersebut sebagai permohonan moral kepada Putin untuk mengakhiri konflik berkepanjangan yang telah menelan banyak korban jiwa, terutama anak-anak. Dalam isi surat yang dibagikan ke media beberapa hari setelah pertemuan, Melania mengajak Putin untuk “mendengarkan suara hati anak-anak” yang menjadi korban perang.
Surat itu tidak menyebut secara langsung negara Ukraina. Namun, isinya jelas merujuk pada penderitaan anak-anak yang terdampak invasi Rusia. Melania menulis, “Anak-anak membawa mimpi di dalam diam. Mereka butuh cinta, keamanan, dan masa depan yang cerah. Anda bisa mengembalikan tawa mereka hanya dengan sebuah keputusan.”
Surat tersebut menjadi sorotan dunia internasional setelah dikutip oleh beberapa media besar, termasuk Fox News Digital dan Associated Press. Banyak pihak menyebut surat ini sebagai bentuk diplomasi empatik dari Melania Trump, yang selama ini dikenal tertutup dari isu-isu geopolitik.
Diplomasi Tak Biasa
Pertemuan antara Trump dan Putin di Alaska berlangsung secara tertutup, namun sumber Gedung Putih menyebut bahwa diskusi mereka mencakup topik perdamaian di Eropa Timur, khususnya konflik Rusia–Ukraina yang belum juga usai sejak 2022. Trump menyerahkan surat Melania di awal pertemuan, sebagai “pembuka dialog dengan pendekatan manusiawi”.
Meski begitu, pertemuan tersebut tidak menghasilkan kesepakatan formal apa pun. Pemerintah Rusia juga belum memberikan tanggapan resmi terkait isi surat dari Melania.
Reaksi Dunia
Berbagai pihak menyambut positif langkah ini. Sejumlah organisasi kemanusiaan menyebut surat Melania sebagai “pengingat penting bahwa konflik selalu berdampak paling besar pada anak-anak.” Namun, sebagian pengamat politik menilai surat tersebut terlalu bersifat simbolis dan tidak menyentuh inti permasalahan geopolitik secara langsung.
“Langkah ini menyentuh, tapi tidak cukup kuat secara diplomatik,” ujar seorang analis kebijakan luar negeri dari London School of Economics.
Meskipun begitu, publikasi surat ini berhasil menarik perhatian global pada sisi kemanusiaan konflik, khususnya isu anak-anak yang dideportasi secara paksa dari wilayah Ukraina ke Rusia — sesuatu yang telah dikritik keras oleh PBB dan berbagai lembaga HAM.
APLIKASI PENGHASIL UANG TERCEPAT 2025
Baca juga : Korut Tolak Damai, Presiden Korsel Bilang Gini