
Presiden Venezuela Lawan Sayembara Penangkapan AS
Rekam Digital ,Surabaya, – Pada Agustus 2025, Sayembara penangkapan AS dilawan Presiden Venezuela Nicolas Maduro setelah Amerika Serikat secara resmi meningkatkan hadiah penangkapannya dari US$ 25 juta menjadi US$ 50 juta. Hadiah ini ditawarkan bagi siapa saja yang bisa memberikan informasi yang mengarah ke penangkapan atau penghukuman Maduro atas tuduhan perdagangan narkoba tingkat tinggi.
Jaksa Agung AS, Pam Bondi, menyatakan bahwa Maduro adalah “salah satu pengedar narkoba paling berbahaya di dunia”, dengan dugaan keterlibatan dalam jaringan seperti Cartel de los Soles, Tren de Aragua, dan bahkan Kartel Sinaloa. Dalam pernyataannya yang diunggah ke platform X, Bondi menegaskan bahwa ini adalah langkah hukum, bukan politik.
Maduro Respon dengan Mobilisasi 4,5 Juta Milisi
Tidak tinggal diam, Presiden Venezuela merespons tegas. Ia mengumumkan bahwa pemerintahannya akan menggerakkan 4,5 juta anggota milisi rakyat bersenjata untuk melindungi kedaulatan nasional dari ancaman eksternal, terutama dari AS.
Maduro menyatakan dalam siaran nasional,
“Kami tidak akan membiarkan satu imperialis pun menyentuh tanah Venezuela. Milisi kami siap dengan senjata di tangan.”
Milisi ini merupakan bagian dari kekuatan sipil-militer Venezuela yang dibentuk sejak era Hugo Chávez. Mereka diberdayakan untuk menjaga stabilitas dalam negeri dan kini menjadi garda terdepan melawan tekanan Washington.
Penolakan Total dari Rezim Chavista
Seluruh struktur kekuasaan di Venezuela — termasuk militer, parlemen, dan Mahkamah Agung — menyatakan dukungan penuh kepada Maduro. Mereka menyebut sayembara penangkapan dari AS sebagai upaya destabilisasi politik yang bertujuan menggulingkan pemerintahan sah Venezuela.
Menteri Luar Negeri Yván Gil menegaskan bahwa,
“Amerika Serikat mempermalukan dirinya sendiri. Mereka menawarkan hadiah, bukan keadilan.”
Dari sisi hukum internasional, pemerintah Venezuela mengklaim bahwa tindakan AS melanggar prinsip non-intervensi dan kedaulatan negara.
Ketegangan AS–Venezuela Kian Meningkat
Langkah AS dinilai sebagai puncak ketegangan terbaru setelah bertahun-tahun hubungan diplomatik kedua negara memburuk. Sejak 2019, AS telah menjatuhkan sanksi ekonomi, memutuskan hubungan diplomatik, dan mengakui oposisi Juan Guaidó sebagai presiden interim — meski kini kekuatannya telah melemah.
Namun Sayembara penangkapan AS dilawan Presiden Venezuela dengan konsolidasi milisi, bukan diplomasi. Hal ini menandakan bahwa konflik kedua negara makin menjurus pada ketegangan bersenjata dan militerisasi kawasan Karibia.
Respons Dunia dan Dampak Jangka Panjang
Beberapa negara sahabat Venezuela seperti Kuba, Bolivia, dan Nikaragua menyatakan solidaritas terhadap Maduro. Sebaliknya, negara-negara Barat menyambut baik langkah AS sebagai bentuk perlawanan terhadap rezim otoriter dan jaringan kriminal lintas negara.
Sementara itu, rakyat Venezuela tetap terbagi. Sebagian besar pendukung Maduro menganggap sayembara ini sebagai “campur tangan kolonial”, sedangkan oposisi memandangnya sebagai peluang untuk kejatuhan rezim.
APLIKASI PENGHASIL UANG TERCEPAT 2025
Baca juga : Rusia Kembalikan 1.000 Jenazah Tentara Ukraina