
Paramiliter Serang Istana Kepresidenan Sudan
Rekam Digital , Surabaya – Pada 21 Maret 2025, Sudan kembali diguncang oleh eskalasi konflik antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF). RSF mengklaim telah merebut Istana Kepresidenan di Khartoum, ibu kota negara, dalam upaya yang dianggap sebagai percobaan kudeta. Namun, beberapa jam setelahnya, SAF mengonfirmasi bahwa mereka telah merebut kembali istana tersebut, menandai titik balik penting dalam perang saudara yang telah berlangsung sejak April 2023.
Latar Belakang Konflik
Konflik ini bermula dari ketegangan antara SAF yang dipimpin oleh Jenderal Abdel Fattah al-Burhan dan RSF yang dipimpin oleh Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, atau yang dikenal dengan Hemedti. Keduanya sebelumnya merupakan sekutu dalam menggulingkan Presiden Omar al-Bashir pada 2019. Namun, perbedaan pandangan mengenai integrasi RSF ke dalam struktur militer resmi memicu ketegangan yang akhirnya berubah menjadi perang terbuka pada April 2023 .
Perebutan Istana Kepresidenan
Pada awal konflik, RSF berhasil merebut sebagian besar Khartoum, termasuk Istana Kepresidenan. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, SAF melancarkan serangan balik yang signifikan. Pada 21 Maret 2025, SAF mengumumkan bahwa mereka telah merebut kembali istana tersebut, yang dianggap sebagai simbol kedaulatan nasional Sudan .
Meskipun SAF mengklaim kemenangan ini, RSF menanggapi dengan serangan balasan, termasuk serangan drone yang menewaskan beberapa tentara dan jurnalis. Pertempuran sengit terus berlanjut di sekitar istana dan area strategis lainnya di Khartoum .
Dampak Kemanusiaan
Perang ini telah menimbulkan krisis kemanusiaan yang parah. Lebih dari 150.000 orang tewas, dan sekitar 11 juta orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka. Kekerasan terhadap warga sipil, termasuk pembunuhan, pemerkosaan, dan perusakan fasilitas medis, telah dilaporkan secara luas. Baik SAF maupun RSF dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia, dengan RSF bahkan dituduh melakukan genosida di beberapa wilayah .
Prospek Perdamaian
Meskipun beberapa upaya diplomatik telah dilakukan, seperti gencatan senjata sementara dan pembicaraan perdamaian, hingga saat ini belum ada kesepakatan yang signifikan antara kedua belah pihak. Kedua kelompok militer tersebut masih berpegang pada klaim kekuasaan mereka atas wilayah yang dikuasai, dan Sudan tampaknya bergerak menuju pembagian de facto antara wilayah yang dikuasai SAF di timur dan RSF di barat.
Kesimpulan
Perebutan Istana Kepresidenan Sudan menandai babak baru dalam konflik yang telah mengubah lanskap politik dan sosial negara tersebut. Dengan kedua belah pihak yang masih berkonflik dan krisis kemanusiaan yang semakin memburuk, masa depan Sudan tetap tidak pasti. Dunia internasional terus mendesak agar gencatan senjata segera diterapkan dan dialog perdamaian dimulai untuk mengakhiri penderitaan rakyat Sudan.
APLIKASI PENGHASIL UANG TERCEPAT 2025
Baca juga : Kebakaran Hutan Dekat Yerusalem: Israel Minta Bantuan Internasional