
Ketegangan Memuncak, NATO Akan Gelar Latihan Nuklir
Rekam Digital ,Surabaya, – Aliansi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengumumkan akan menggelar latihan nuklir tahunan bertajuk Steadfast Noon mulai pertengahan Oktober 2025. Langkah ini dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan antara NATO dan Rusia, terutama setelah Rusia mengadakan latihan militer simulasi nuklir bersama Belarus bulan lalu.
Latihan Steadfast Noon 2025 akan melibatkan 14 negara anggota NATO dengan lebih dari 70 pesawat, termasuk pesawat tempur, tanker, dan pesawat pengintai. Latihan ini akan berlangsung selama dua minggu dan dipusatkan di wilayah udara Eropa Barat, termasuk Belgia, Inggris, dan Laut Utara.
Tujuan Latihan Nuklir NATO
Menurut pernyataan resmi NATO, latihan ini bertujuan untuk:
-
Menguji dan memastikan keamanan penyimpanan dan penanganan senjata nuklir,
-
Meningkatkan kesiapan pasukan dalam menghadapi skenario ancaman nuklir,
-
Menunjukkan bahwa NATO tetap solid dalam menjaga deterensi nuklir di kawasan Eropa.
Meski latihan ini menggunakan senjata simulasi tanpa hulu ledak aktif, latihan ini tetap mengundang perhatian global. Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, menegaskan bahwa latihan ini bukan merupakan provokasi terhadap Rusia, namun bagian dari prosedur rutin yang sudah dijalankan setiap tahun.
“Ini bukan tentang mengancam, ini tentang kesiapan dan menjaga perdamaian melalui kekuatan,” ujar Rutte dalam konferensi pers di Brussels.
Rusia Menanggapi Keras
Rusia menilai latihan ini sebagai bentuk tekanan militer terhadap Moskow. Kremlin menyatakan bahwa NATO sedang mencoba “menggiring konflik” ke arah yang lebih berbahaya dengan menempatkan aset militer dekat perbatasan Rusia.
Bulan September lalu, Rusia dan Belarus menggelar latihan bersama bernama Zapad-2025, yang melibatkan simulasi serangan nuklir terhadap target di Eropa Timur. Analis militer menyebut latihan ini sebagai “peringatan strategis” untuk NATO.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, juga menyatakan bahwa Rusia tidak khawatir jika perjanjian pembatasan nuklir New START dengan Amerika Serikat tidak diperpanjang. Ia bahkan menegaskan bahwa Rusia siap meningkatkan produksi dan pengembangan senjata strategis baru.
Resiko dan Implikasi Global
Latihan militer dengan elemen nuklir, meskipun bersifat simulatif, membawa sejumlah risiko dan konsekuensi serius, antara lain:
-
Meningkatkan tensi geopolitik global, terutama antara blok Barat dan Timur,
-
Memicu balapan senjata baru di kawasan Eropa,
-
Membuat negara-negara non-nuklir seperti Polandia, Lituania, dan Latvia lebih rentan terhadap potensi konflik.
Beberapa pakar pertahanan menyarankan agar NATO dan Rusia membuka jalur diplomasi militer untuk menghindari kesalahpahaman atau eskalasi yang tidak disengaja.
Baca juga : Eks Jenderal Israel Akui: Tak Mampu Kalahkan Palestina