
Jerman Bangun Perisai Langit Sky Shield, Tangkal Ancaman Drone
Rekam Digital ,Surabaya, – Pemerintah Jerman resmi mempercepat pembangunan sistem pertahanan udara terpadu bernama Sky Shield atau European Sky Shield Initiative (ESSI). Langkah ini diambil sebagai respon terhadap meningkatnya ancaman dari drone, rudal jelajah, dan potensi serangan udara berkecepatan tinggi.
Perisai Langit untuk Eropa
Sky Shield dirancang sebagai sistem pertahanan berlapis. Tujuannya jelas: melindungi wilayah udara Jerman dan negara-negara Eropa lainnya dari segala bentuk ancaman udara. Sistem ini mencakup:
-
Skyranger 30: Sistem artileri anti-drone jarak dekat berbasis kendaraan lapis baja.
-
IRIS-T SLM: Rudal jarak menengah untuk mengintersep drone dan rudal.
-
Patriot PAC-3 MSE: Sistem jarak jauh yang telah digunakan NATO dan AS.
-
Arrow 3: Rudal anti-balistik eksosferik dari Israel yang mampu menghancurkan ancaman di luar atmosfer.
Drone, Ancaman Nyata di Era Modern
Sejak perang Ukraina, ancaman drone makin nyata di Eropa. Jerman menilai sistem pertahanan tradisional belum cukup. Oleh karena itu, Sky Shield juga akan diperkuat dengan eMissile Cicada, teknologi penangkal drone kecil dengan muatan non-mematikan seperti jaring atau gelombang elektromagnetik.
Cicada dikembangkan untuk menghentikan drone jenis kamikaze yang sulit dideteksi radar konvensional. Ini menjadi pelengkap strategis dari sistem lapis Sky Shield.
Kolaborasi Multinasional
Sky Shield bukan proyek Jerman semata. Hingga Juli 2025, 24 negara Eropa sudah menyatakan dukungan dan partisipasi. Dalam pameran militer Eurosatory 2024, Jerman menandatangani perjanjian dengan Denmark dan Hungaria untuk pengadaan Skyranger 30 secara bersama.
Kolaborasi ini memperkuat posisi Jerman sebagai pilar pertahanan udara Eropa. Sistem ini akan diintegrasikan ke dalam kerangka kerja NATO dan didesain untuk operasional penuh mulai 2026 hingga 2028.
Tantangan: Politik & Teknologi
Meski ambisius, Sky Shield menghadapi kritik dari sebagian negara Uni Eropa, seperti Prancis dan Italia. Mereka menilai sistem ini terlalu bergantung pada teknologi AS dan Israel, bukan produksi Eropa murni.
Namun, para analis menilai langkah Jerman realistis. “Menghadapi ancaman modern butuh solusi cepat, bukan hanya simbolik,” ujar analis pertahanan dari Berlin Institute of Security.
APLIKASI PENGHASIL UANG TERCEPAT 2025
Baca juga : Khamenei Muncul Serukan Semangat Pantang Menyerah