
Tentara Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi
Rekam Digital , Surabaya – Mei 2025 kembali menjadi bulan kelam bagi warga Gaza. Militer Israel memerintahkan evakuasi massal di beberapa wilayah sebelum melakukan serangan udara besar-besaran. Perintah ini menambah deretan panjang evakuasi yang sudah terjadi sejak konflik pecah pada 2023.
Evakuasi Besar-besaran di Gaza
Tentara Israel menyebarkan selebaran di Beit Hanoun (utara) dan Khuza’a serta Abasan (selatan). Dalam selebaran itu, warga Palestina diminta segera meninggalkan rumah. Wilayah-wilayah tersebut dinyatakan sebagai zona perang aktif.
Menurut pernyataan resmi militer Israel, evakuasi bertujuan melindungi warga sipil. Namun, banyak warga Gaza mengaku bingung harus pergi ke mana. Ini karena serangan sebelumnya juga menargetkan wilayah yang disebut “aman”.
Kontroversi Koridor Aman
Israel menyatakan telah membuka “koridor aman” bagi warga yang ingin mengungsi. Namun, Kementerian Dalam Negeri Gaza menyebut klaim itu menyesatkan. Banyak warga yang mengikuti jalur evakuasi justru menjadi korban serangan udara.
Beberapa laporan menyebutkan bahwa warga yang pindah ke selatan Gaza sebelumnya, kini harus kembali mengungsi. Kondisi ini membuat krisis kemanusiaan semakin parah.
Operasi Militer: Gideon’s Chariots
Kabinet Israel menyetujui operasi militer baru di Gaza dengan nama sandi “Gideon’s Chariots”. Operasi ini bertujuan menghancurkan kemampuan militer Hamas dan membebaskan para sandera.
Serangan udara besar dilakukan pada 14 Mei 2025. Setidaknya 70 orang tewas, termasuk 22 anak-anak. Serangan ini juga menghantam Jabaliya, salah satu kawasan paling padat di Gaza.
Kondisi Kemanusiaan Memburuk
Lembaga bantuan internasional memperingatkan bahwa situasi di Gaza sangat kritis. Rumah sakit rusak, ambulans tak bisa beroperasi, dan ratusan ribu warga menghadapi ancaman kelaparan.
Blokade yang masih berlangsung menyebabkan lebih dari 60% dapur umum tutup. Warga Gaza kesulitan mendapatkan air bersih, listrik, dan obat-obatan.
Kesimpulan
Evakuasi yang diperintahkan Israel dianggap sebagai langkah taktis militer. Namun, banyak warga Palestina merasa tidak ada tempat aman untuk berlindung. Operasi “Gideon’s Chariots” hanya memperparah penderitaan rakyat sipil, sementara solusi damai masih belum terlihat di cakrawala.
APLIKASI PENGHASIL UANG TERCEPAT 2025
Baca juga : Serba-serbi Trump Injakkan Kaki di Saudi